KitKat punya masalah kedekatan dengan audiens Indonesia. Cokelat wafer yang manis layaknya KitKat jarang menjadi pilihan untuk kudapan atau misalnya makanan selingan, terlebih lagi harganya agak terlalu mahal untuk kuantitas yang demikian. Disamping itu ada budaya pula bahwa cokelat lebih cocok untuk anak-anak, karena orang dewasa lebih suka gorengan. Dengan pengalaman cara membuka KitKat yang menarik tersebut pun makin-makin membuat cokelat ini bergengsi dikalangan adek-adek saat itu.
Produk turunan KitKat yang muncul pertama adalah KitKat Chunky, KitKat dengan wafer seukuran Snickers dengan mengedepankan ukurannya yang besar tebal dan rasa yang bermacam-macam. Setelah itu datang pula KitKat Bites.
Demi mendekatkan diri ke publik +62 maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, mendatangkan KitKat Green Tea yang lumayan populer sebagai oleh-oleh dari Jepang. Jujur sih yang kurang paham data penjualannya yang ini.
Berikutnya adalah memproduksi beberapa rasa lain dan mengadopsi tokoh kartun di setiap bungkusnya. Kebetulan saya membeli satu yang bergambar Minnie Mouse. Tentu ini upaya pragmatis untuk mendekatkan diri kepada usia anak-anak. Terlebih lagi rasa strawberry+cokelat sudah menjadi primadona di Indonesia
Rasanya Gimana Der?
Mungkin ini personal, tapi cokelat bercampur strawberry itu bagi saya adalah ide buruk. Beberapa produk sudah mencoba hal ini seperti TimTam pada masa lampau. Saya kurang bisa menikmati, mungkin salah satunya karena memang cokelat KitKat ini terlalu manis dan ditambah perisa strawberry jadi berlebihan aja sih
gitu deh, maklum lidahnya milih-milih
Tanya Derry Sebelum Membeli
Senin, 18 Mei 2020
Sabtu, 16 Mei 2020
Ozlo Cookies, Ternyata Ini Khong Guan
Penampakan yang kebulebulean ini membuat saya ndak nyangka ternyata ini garapan Khong Guan, biskuit klasik dengan signature biskuit kaleng dengan rantai emas. Ozlo merupakan salah satu biskuit filling yang meramaikan deretan jenis kukis di Indonesia.
Biskuit filling semacam ini yang mungkin kita kenal adalah Nextar keluaran yang maha kudapan Nabati yang mengeluarkan kukis semacam nastar beberapa tahun yang lalu. Kemudian Nextar beranjak ke rasa lain yaitu rasa brownies dengan isi cokelat lumer.
Ozlo hadir dengan konsep yang sama, sebuah biskuit dengan isian cokelat di dalamnya.
Rasanya Gimana Der?
Enak, untuk sekelas Khong Guan pastinya enak selalu keluarannya. Tidak mengecewakan dan sesuai ekspektasi yang dibawa oleh kemasannya. Jika Nextar Brownies lebih empuk dan halus, Ozlo yang menegaskan bahwa ia adalah Cookies, lebih renyah ketika digigit. Keduanya enak dan asiklah pokoknya. Kedua kerabat ini, Nextar dan Ozlo bisa dibeli bersamaan jika ingin merasakan sensasi perbandingannya.
Biskuit filling semacam ini yang mungkin kita kenal adalah Nextar keluaran yang maha kudapan Nabati yang mengeluarkan kukis semacam nastar beberapa tahun yang lalu. Kemudian Nextar beranjak ke rasa lain yaitu rasa brownies dengan isi cokelat lumer.
Ozlo hadir dengan konsep yang sama, sebuah biskuit dengan isian cokelat di dalamnya.
Rasanya Gimana Der?
Enak, untuk sekelas Khong Guan pastinya enak selalu keluarannya. Tidak mengecewakan dan sesuai ekspektasi yang dibawa oleh kemasannya. Jika Nextar Brownies lebih empuk dan halus, Ozlo yang menegaskan bahwa ia adalah Cookies, lebih renyah ketika digigit. Keduanya enak dan asiklah pokoknya. Kedua kerabat ini, Nextar dan Ozlo bisa dibeli bersamaan jika ingin merasakan sensasi perbandingannya.
Jumat, 15 Mei 2020
Produk East Bali Cashew versi terjangkau, Choco-lah
Untuk anda person-person penikmat camilan sehat dan bermutu tinggi (dan harga cukup tinggi) pasti mengenal dengan satu perusahaan bernama East Bali Cashew. Saya pribadi minim pengetahuan mengenai produknya, karena jarang butuh dan ingin, namun yang pasti EBC memproduksi kacang mete dengan kualitas tinggi.
Untuk mengenai visi perusahaannya harus diancungi jempol bagaimana upaya EBC mereka dalam mengelola suatu perkebunan yang pendamaikan dan mensejahterakan segala aspek baik dari bumi, tumbuhan dan manusianya. Semuanya harus diperlakukan dengan baik dari hulu hingga hilir, atau dalam bahasa enggres, Social Enterprise, ntap.
Banyak produknya memang ditujukan untuk kaum dengan ekonomi berada, keatas, SES A, dan simbol kekayaan lainnya dalam istilah marketing. Produk kacang dan campurannya seperti granola dan sejenisnya sekitar 70ribuan (cmiw)
.... dan entah bagaimana caranya, mereka sukses menciptakan produk dengan kacang mente dari perkebunan mereka yang tanpa dosa itu dengan harga 10.000 rupiah
Ya, produk itu adalah Choco-lah, sebuah produk yang ditujukan untuk kita kaum menengah yang mungkin tertarik mengkonsumsi kacang mete dari EBC. Choco-lah yang ada di tangan saya ini adalah dengan varian : Pop&Choc, Sebuah produk kacang mete bersalut bubuk cocoa dan berdampingan berondong jagung karamel. Sebuah inovasi yang patut dipujapuji.
Rasanya Gimana Der?
Tentu enak bro, kacang kwalitas yang lumayan dan ada campuran berondong jagoeng yang manis. Paduan yang asyik sekali. Bubuk cokelat yang digunakan pun rasanya hanya cokelat, rasanya tidak manis, cukuplah cokelat saja karena manis datang dari sang karamel.
Dengan 10.000 rupiah ya tentunya porsinya kurang banyak, namun cukup memadai lah ya, bisa beli banyak karena abis THR kan ?
Mari belilah, takkan menyeusal!
Untuk mengenai visi perusahaannya harus diancungi jempol bagaimana upaya EBC mereka dalam mengelola suatu perkebunan yang pendamaikan dan mensejahterakan segala aspek baik dari bumi, tumbuhan dan manusianya. Semuanya harus diperlakukan dengan baik dari hulu hingga hilir, atau dalam bahasa enggres, Social Enterprise, ntap.
Banyak produknya memang ditujukan untuk kaum dengan ekonomi berada, keatas, SES A, dan simbol kekayaan lainnya dalam istilah marketing. Produk kacang dan campurannya seperti granola dan sejenisnya sekitar 70ribuan (cmiw)
.... dan entah bagaimana caranya, mereka sukses menciptakan produk dengan kacang mente dari perkebunan mereka yang tanpa dosa itu dengan harga 10.000 rupiah
Ya, produk itu adalah Choco-lah, sebuah produk yang ditujukan untuk kita kaum menengah yang mungkin tertarik mengkonsumsi kacang mete dari EBC. Choco-lah yang ada di tangan saya ini adalah dengan varian : Pop&Choc, Sebuah produk kacang mete bersalut bubuk cocoa dan berdampingan berondong jagung karamel. Sebuah inovasi yang patut dipujapuji.
Rasanya Gimana Der?
Tentu enak bro, kacang kwalitas yang lumayan dan ada campuran berondong jagoeng yang manis. Paduan yang asyik sekali. Bubuk cokelat yang digunakan pun rasanya hanya cokelat, rasanya tidak manis, cukuplah cokelat saja karena manis datang dari sang karamel.
Dengan 10.000 rupiah ya tentunya porsinya kurang banyak, namun cukup memadai lah ya, bisa beli banyak karena abis THR kan ?
Mari belilah, takkan menyeusal!
Kamis, 14 Mei 2020
Okky Jelly Drink, Masih Menunda Lapar
Sore tadi saya tidak sengaja ketemu yang satu ini.
"eh kenyang ya"
"eh penunda lapar nih"
dan seterusnya, pengalaman sekolah dasar yang absurd.
Iklannya sendiri cukup kiri, dan punya relasi dengan keadaan sosial politik masa kini.
coba lihat sendiri ya
Okky Jelly Drink yang saat itu beredar pertama adalah yang rasa jeruk. Rasa yang sepertinya sudah cukup dikenal lidah masyarakat Indonesia yang kemudian mudah diterima di masyarakat.
Okky Jelly Drink yang saya temui tadi adalah yang rasa Strawberry. Dengan kemasan yang lebih dewasa dan simple, penampakannya cukup memikat.
Rasanya Gimana Der?
Tentu enak dan masih dengan khasiatnya yang klasik, menunda lapar. Dengan jeli yang padat dan didukung oleh Nata de coco, membuat perut rasanya terisi dalam waktu singkat, yang kita tau akan kembali lapar dalam beberapa waktu kedepan, tetapi paling tidak ini bisa menahan lapar hingga setengah jam lah ya.
Rasa strawberrynya sangat aman dan manisnya tidak membuat gatal di tenggorokan.
sip pokokmen.
Rabu, 13 Mei 2020
Cokelat Indie : L'AGIE Cashew Nut Milk Chocolate
Kacang bersalut cokelat jadi cemilan andalan sejak jaman dahulu kala. Awalnya belum bisa dilacak sih, karena sepertinya udah ada dari sebelum saya lahir. Untuk beberapa brand, camilan model ini menjadi salah satu produk unggulan sepertinya, Chacha, SilverQueen juga punya, dan Delfi. Selain itu biasanya ada produk-produk rumahan atau memang rumah cokelat yang berusaha membuat produk serupa yang lebih segar dan variatif.
Sore ini saya akhirnya mencoba brand cokelat ini. Brand cokelat yang sudah lama nangkring di rak paling atas dari cokelat-cokelat lain yang ada. Biasanya brand cokelat ini menjadi cokelat kelas dua karena kalah penampilan dan kalah tenar ketimbang produk lain seperti Cadbury, SilverQueen, Delfi, Van Houten dan lain-lain.
Namanya adalah L'AGIE. Brand ini adalah salah satu brand cokelat yang sudah cukup lama namun tak banyak sepertinya yang menaruh hati. Untuk yang penasaran coba kita lihat deretan produk L'AGIE yang pasti kita semua pernah makan, entah dikasih atau mungkin kita coba pula sebagai campuran bahan cake atau roti
Banyak produk dari L'AGIE yang tidak familiar penampakannya, sepertinya memang produk tersebut terkenal di daerah-daerah tertentu yang mana mungkin cokelat multi-nasional tidak berkutik di daerah tersebut. L'AGIE sendiri diproduksi oleh PT Fajar Mataram Sedayu sejak 1984. Sebagai brand yang cukup berumur saya belum menemukan salah satu produknya yang menjadi big break mereka sih.... atau memang kebetulan hal itu ga keliatan karena mereka main di ranah lain ? bisa jadi
Hubungan saya dan L'AGIE sebenarnya tidak harmonis karena beberapa kali mencoba produknya dan berakhir kecewa.
Untuk hari ini demi tulisan ini saya akhirnya mencoba produk yang sepertinya dari kemasannya agak menjanjikan. Kemasannya lebih enak dilihat dan dari segi produknya sepertinya lebih aman untuk dikonsumsi.
Sore ini saya akhirnya mencoba brand cokelat ini. Brand cokelat yang sudah lama nangkring di rak paling atas dari cokelat-cokelat lain yang ada. Biasanya brand cokelat ini menjadi cokelat kelas dua karena kalah penampilan dan kalah tenar ketimbang produk lain seperti Cadbury, SilverQueen, Delfi, Van Houten dan lain-lain.
Namanya adalah L'AGIE. Brand ini adalah salah satu brand cokelat yang sudah cukup lama namun tak banyak sepertinya yang menaruh hati. Untuk yang penasaran coba kita lihat deretan produk L'AGIE yang pasti kita semua pernah makan, entah dikasih atau mungkin kita coba pula sebagai campuran bahan cake atau roti
Banyak produk dari L'AGIE yang tidak familiar penampakannya, sepertinya memang produk tersebut terkenal di daerah-daerah tertentu yang mana mungkin cokelat multi-nasional tidak berkutik di daerah tersebut. L'AGIE sendiri diproduksi oleh PT Fajar Mataram Sedayu sejak 1984. Sebagai brand yang cukup berumur saya belum menemukan salah satu produknya yang menjadi big break mereka sih.... atau memang kebetulan hal itu ga keliatan karena mereka main di ranah lain ? bisa jadi
Hubungan saya dan L'AGIE sebenarnya tidak harmonis karena beberapa kali mencoba produknya dan berakhir kecewa.
Untuk hari ini demi tulisan ini saya akhirnya mencoba produk yang sepertinya dari kemasannya agak menjanjikan. Kemasannya lebih enak dilihat dan dari segi produknya sepertinya lebih aman untuk dikonsumsi.
Produk itu adalah L'AGIE Cashew Nut Milk Cokelat, sebuah produk cokelat bites yang dengan isi kacang mete. Tanpa banyak cingcong langsung kita ulas rasanya.
Rasanya Gimana Der?
Enak enak enak
mengejutkan sih hahaha jahat abis.
Iya saya kira mungkin akan mengecewakan seperti saat saya turun mengkonsumsi produk L'AGIE lainnya. Namun ini ternyata lumayan dan kompetitif. Kalau dari rasa mungkin jika dibandingkan dengan milik Delfi masih sedikit dibawahnya, tapi kalau memang untuk yang nggak peka, kalau cokelat ini kita kasih sticker Delfi pasti mah percaya-percaya aja sih ya.
Tapi ada satu yang mungkin diluar ekspektasi yaitu, warna cokelatnya itu. Mungkin disini ya dimana kualitas bicara. Kalau dari kemasan dan contoh gambar rasanya kita akan makan cokelat yang berkilau dan mantap gitu ya, ternyata warna cokelatnya agak terganggu dengan warna seperti retakan-retakan berwarna putih gitu. Saya ndak tahu ya ini apa, ya mungkin memang efek dari guncangan atau gimana ya, nggak tau deh eheh
sekian, silahkan mencoba untuk cemilan lebaran
Selasa, 12 Mei 2020
Refreshing, Mempertanyakan Kembali
Kenapa sih ngereview makanan/minuman kemasan?
Saya masih memiliki paham bahwa, mereview itu menyelamatkan.
Dengan mereview kita telah memberikan bayangan, deskripsi awal... yaa... semacam spoiler atas suatu produk. Ulasan yang kita jabarkan dalam tulisan ini diharapkan bisa memberikan gambaran di depan bagaimana bentuk, rasa atau latar belakang lain atas item tersebut.
Mengapa review itu menyelamatkan, ya dengan review kita orang lain akhirnya bisa menimbang terlebih dahulu, sudah dapat second opinion pada detik sebelum mereka membeli sehingga mereka SEMAKIN YAKIN untuk beli produk tersebut.
Kemudian, kenapa makanan dan minuman kemasan?
Di tulisan sebelumnya sepertinya saya pernah menjelaskan bahwa, minuman dan makanan kemasan lebih punya kejutan ketimbang makanan dan minuman segar jadi. Kejutan yang seperti apa? Ya, karena mereka ada di dalam kemasan, dibuat oleh pabrik, maka rasa yang ada di dalamnya itu kadang tidak umum dan diluar nalar rasa yang ada. Nah, dengan mereview kita bisa menyelamatkan orang-orang agar tidak kecewa dalam pembelian, dan menyelamatkan brand dengan memberikan pengertian kepada audiens untuk bisa membeli produk tersebut dengan notes tertentu
Ya gitu deh, ini juga tulisannya karena udah separo jalan 31 hari menulis dan hari ini belom nemu produk-produk baru di minimarket kesayangan.
ciao
Saya masih memiliki paham bahwa, mereview itu menyelamatkan.
Dengan mereview kita telah memberikan bayangan, deskripsi awal... yaa... semacam spoiler atas suatu produk. Ulasan yang kita jabarkan dalam tulisan ini diharapkan bisa memberikan gambaran di depan bagaimana bentuk, rasa atau latar belakang lain atas item tersebut.
Mengapa review itu menyelamatkan, ya dengan review kita orang lain akhirnya bisa menimbang terlebih dahulu, sudah dapat second opinion pada detik sebelum mereka membeli sehingga mereka SEMAKIN YAKIN untuk beli produk tersebut.
Kemudian, kenapa makanan dan minuman kemasan?
Di tulisan sebelumnya sepertinya saya pernah menjelaskan bahwa, minuman dan makanan kemasan lebih punya kejutan ketimbang makanan dan minuman segar jadi. Kejutan yang seperti apa? Ya, karena mereka ada di dalam kemasan, dibuat oleh pabrik, maka rasa yang ada di dalamnya itu kadang tidak umum dan diluar nalar rasa yang ada. Nah, dengan mereview kita bisa menyelamatkan orang-orang agar tidak kecewa dalam pembelian, dan menyelamatkan brand dengan memberikan pengertian kepada audiens untuk bisa membeli produk tersebut dengan notes tertentu
Ya gitu deh, ini juga tulisannya karena udah separo jalan 31 hari menulis dan hari ini belom nemu produk-produk baru di minimarket kesayangan.
ciao
Senin, 11 Mei 2020
Bukan Gitaris, Morello Coffee Beans
Sebenarnya sudah lama saya menatapnya, tapi baru kali ini saya berani mencobanya. Bungkusnya hitam dan posisinya ada di atas eyelevel saya. Dari bungkusnya sih kayak permen gitu, namun ternyata lebih bisa disebut sebagai : Cokelat paduan hitam manis isi biji kopi. Yak memang cukup panjang tapi bayangin aja semacam M&M, Chacha, atau Smarties yang isinya adalah bukan kacang namun biji kopi.
Morello adalah nama merknya, bukan gitaris referensinya. Produk ini diproduksi oleh PT Inasetra Unisatya, yang bertempat di Bogor. Jika masih ingat, PT IU inilah yang memproduksi permen dingin-dingin empuk, Pindy Mint. Saat ini selain Morello, mereka juga turut memproduksi minuman Sunkist, dan makanan yang mirip sereal, Oats.
Entah gimana kalau ngeliat list produk yang diproduski PT IU ini rasanya unyu-unyu warna-warni. Mungkin ini udah jadi ideologi perusahannya ya. Liat aja logonya.
Rasanya Gimana Der?
Kita langsung ke rasanya aja ya.
Kayaknya ini cocok buat yang mau begadang tapi males ngopi, jadinya ya bisa ngemil sambil MAKAN KOPI. UDAH GA JAMAN DISRUPUT.
Sebenarnya Morello ada saingannya, yaitu Koppa, konsepnya sama namun ukurannya agak berbeda. Morello punya cokelat yang lebih besar dan tebal ketimbang Koppa.
Sekarang beneran nggak ngantuk nih gegara Morello. Sampe jam berapa ya begini.
Entah gimana kalau ngeliat list produk yang diproduski PT IU ini rasanya unyu-unyu warna-warni. Mungkin ini udah jadi ideologi perusahannya ya. Liat aja logonya.
gemes |
Kita langsung ke rasanya aja ya.
Kayaknya ini cocok buat yang mau begadang tapi males ngopi, jadinya ya bisa ngemil sambil MAKAN KOPI. UDAH GA JAMAN DISRUPUT.
Sebenarnya Morello ada saingannya, yaitu Koppa, konsepnya sama namun ukurannya agak berbeda. Morello punya cokelat yang lebih besar dan tebal ketimbang Koppa.
Sekarang beneran nggak ngantuk nih gegara Morello. Sampe jam berapa ya begini.
Langganan:
Postingan (Atom)