KitKat punya masalah kedekatan dengan audiens Indonesia. Cokelat wafer yang manis layaknya KitKat jarang menjadi pilihan untuk kudapan atau misalnya makanan selingan, terlebih lagi harganya agak terlalu mahal untuk kuantitas yang demikian. Disamping itu ada budaya pula bahwa cokelat lebih cocok untuk anak-anak, karena orang dewasa lebih suka gorengan. Dengan pengalaman cara membuka KitKat yang menarik tersebut pun makin-makin membuat cokelat ini bergengsi dikalangan adek-adek saat itu.
Produk turunan KitKat yang muncul pertama adalah KitKat Chunky, KitKat dengan wafer seukuran Snickers dengan mengedepankan ukurannya yang besar tebal dan rasa yang bermacam-macam. Setelah itu datang pula KitKat Bites.
Demi mendekatkan diri ke publik +62 maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, mendatangkan KitKat Green Tea yang lumayan populer sebagai oleh-oleh dari Jepang. Jujur sih yang kurang paham data penjualannya yang ini.
Berikutnya adalah memproduksi beberapa rasa lain dan mengadopsi tokoh kartun di setiap bungkusnya. Kebetulan saya membeli satu yang bergambar Minnie Mouse. Tentu ini upaya pragmatis untuk mendekatkan diri kepada usia anak-anak. Terlebih lagi rasa strawberry+cokelat sudah menjadi primadona di Indonesia
Rasanya Gimana Der?
Mungkin ini personal, tapi cokelat bercampur strawberry itu bagi saya adalah ide buruk. Beberapa produk sudah mencoba hal ini seperti TimTam pada masa lampau. Saya kurang bisa menikmati, mungkin salah satunya karena memang cokelat KitKat ini terlalu manis dan ditambah perisa strawberry jadi berlebihan aja sih
gitu deh, maklum lidahnya milih-milih
Senin, 18 Mei 2020
Sabtu, 16 Mei 2020
Ozlo Cookies, Ternyata Ini Khong Guan
Penampakan yang kebulebulean ini membuat saya ndak nyangka ternyata ini garapan Khong Guan, biskuit klasik dengan signature biskuit kaleng dengan rantai emas. Ozlo merupakan salah satu biskuit filling yang meramaikan deretan jenis kukis di Indonesia.
Biskuit filling semacam ini yang mungkin kita kenal adalah Nextar keluaran yang maha kudapan Nabati yang mengeluarkan kukis semacam nastar beberapa tahun yang lalu. Kemudian Nextar beranjak ke rasa lain yaitu rasa brownies dengan isi cokelat lumer.
Ozlo hadir dengan konsep yang sama, sebuah biskuit dengan isian cokelat di dalamnya.
Rasanya Gimana Der?
Enak, untuk sekelas Khong Guan pastinya enak selalu keluarannya. Tidak mengecewakan dan sesuai ekspektasi yang dibawa oleh kemasannya. Jika Nextar Brownies lebih empuk dan halus, Ozlo yang menegaskan bahwa ia adalah Cookies, lebih renyah ketika digigit. Keduanya enak dan asiklah pokoknya. Kedua kerabat ini, Nextar dan Ozlo bisa dibeli bersamaan jika ingin merasakan sensasi perbandingannya.
Biskuit filling semacam ini yang mungkin kita kenal adalah Nextar keluaran yang maha kudapan Nabati yang mengeluarkan kukis semacam nastar beberapa tahun yang lalu. Kemudian Nextar beranjak ke rasa lain yaitu rasa brownies dengan isi cokelat lumer.
Ozlo hadir dengan konsep yang sama, sebuah biskuit dengan isian cokelat di dalamnya.
Rasanya Gimana Der?
Enak, untuk sekelas Khong Guan pastinya enak selalu keluarannya. Tidak mengecewakan dan sesuai ekspektasi yang dibawa oleh kemasannya. Jika Nextar Brownies lebih empuk dan halus, Ozlo yang menegaskan bahwa ia adalah Cookies, lebih renyah ketika digigit. Keduanya enak dan asiklah pokoknya. Kedua kerabat ini, Nextar dan Ozlo bisa dibeli bersamaan jika ingin merasakan sensasi perbandingannya.
Jumat, 15 Mei 2020
Produk East Bali Cashew versi terjangkau, Choco-lah
Untuk anda person-person penikmat camilan sehat dan bermutu tinggi (dan harga cukup tinggi) pasti mengenal dengan satu perusahaan bernama East Bali Cashew. Saya pribadi minim pengetahuan mengenai produknya, karena jarang butuh dan ingin, namun yang pasti EBC memproduksi kacang mete dengan kualitas tinggi.
Untuk mengenai visi perusahaannya harus diancungi jempol bagaimana upaya EBC mereka dalam mengelola suatu perkebunan yang pendamaikan dan mensejahterakan segala aspek baik dari bumi, tumbuhan dan manusianya. Semuanya harus diperlakukan dengan baik dari hulu hingga hilir, atau dalam bahasa enggres, Social Enterprise, ntap.
Banyak produknya memang ditujukan untuk kaum dengan ekonomi berada, keatas, SES A, dan simbol kekayaan lainnya dalam istilah marketing. Produk kacang dan campurannya seperti granola dan sejenisnya sekitar 70ribuan (cmiw)
.... dan entah bagaimana caranya, mereka sukses menciptakan produk dengan kacang mente dari perkebunan mereka yang tanpa dosa itu dengan harga 10.000 rupiah
Ya, produk itu adalah Choco-lah, sebuah produk yang ditujukan untuk kita kaum menengah yang mungkin tertarik mengkonsumsi kacang mete dari EBC. Choco-lah yang ada di tangan saya ini adalah dengan varian : Pop&Choc, Sebuah produk kacang mete bersalut bubuk cocoa dan berdampingan berondong jagung karamel. Sebuah inovasi yang patut dipujapuji.
Rasanya Gimana Der?
Tentu enak bro, kacang kwalitas yang lumayan dan ada campuran berondong jagoeng yang manis. Paduan yang asyik sekali. Bubuk cokelat yang digunakan pun rasanya hanya cokelat, rasanya tidak manis, cukuplah cokelat saja karena manis datang dari sang karamel.
Dengan 10.000 rupiah ya tentunya porsinya kurang banyak, namun cukup memadai lah ya, bisa beli banyak karena abis THR kan ?
Mari belilah, takkan menyeusal!
Untuk mengenai visi perusahaannya harus diancungi jempol bagaimana upaya EBC mereka dalam mengelola suatu perkebunan yang pendamaikan dan mensejahterakan segala aspek baik dari bumi, tumbuhan dan manusianya. Semuanya harus diperlakukan dengan baik dari hulu hingga hilir, atau dalam bahasa enggres, Social Enterprise, ntap.
Banyak produknya memang ditujukan untuk kaum dengan ekonomi berada, keatas, SES A, dan simbol kekayaan lainnya dalam istilah marketing. Produk kacang dan campurannya seperti granola dan sejenisnya sekitar 70ribuan (cmiw)
.... dan entah bagaimana caranya, mereka sukses menciptakan produk dengan kacang mente dari perkebunan mereka yang tanpa dosa itu dengan harga 10.000 rupiah
Ya, produk itu adalah Choco-lah, sebuah produk yang ditujukan untuk kita kaum menengah yang mungkin tertarik mengkonsumsi kacang mete dari EBC. Choco-lah yang ada di tangan saya ini adalah dengan varian : Pop&Choc, Sebuah produk kacang mete bersalut bubuk cocoa dan berdampingan berondong jagung karamel. Sebuah inovasi yang patut dipujapuji.
Rasanya Gimana Der?
Tentu enak bro, kacang kwalitas yang lumayan dan ada campuran berondong jagoeng yang manis. Paduan yang asyik sekali. Bubuk cokelat yang digunakan pun rasanya hanya cokelat, rasanya tidak manis, cukuplah cokelat saja karena manis datang dari sang karamel.
Dengan 10.000 rupiah ya tentunya porsinya kurang banyak, namun cukup memadai lah ya, bisa beli banyak karena abis THR kan ?
Mari belilah, takkan menyeusal!
Kamis, 14 Mei 2020
Okky Jelly Drink, Masih Menunda Lapar
Sore tadi saya tidak sengaja ketemu yang satu ini.
"eh kenyang ya"
"eh penunda lapar nih"
dan seterusnya, pengalaman sekolah dasar yang absurd.
Iklannya sendiri cukup kiri, dan punya relasi dengan keadaan sosial politik masa kini.
coba lihat sendiri ya
Okky Jelly Drink yang saat itu beredar pertama adalah yang rasa jeruk. Rasa yang sepertinya sudah cukup dikenal lidah masyarakat Indonesia yang kemudian mudah diterima di masyarakat.
Okky Jelly Drink yang saya temui tadi adalah yang rasa Strawberry. Dengan kemasan yang lebih dewasa dan simple, penampakannya cukup memikat.
Rasanya Gimana Der?
Tentu enak dan masih dengan khasiatnya yang klasik, menunda lapar. Dengan jeli yang padat dan didukung oleh Nata de coco, membuat perut rasanya terisi dalam waktu singkat, yang kita tau akan kembali lapar dalam beberapa waktu kedepan, tetapi paling tidak ini bisa menahan lapar hingga setengah jam lah ya.
Rasa strawberrynya sangat aman dan manisnya tidak membuat gatal di tenggorokan.
sip pokokmen.
Rabu, 13 Mei 2020
Cokelat Indie : L'AGIE Cashew Nut Milk Chocolate
Kacang bersalut cokelat jadi cemilan andalan sejak jaman dahulu kala. Awalnya belum bisa dilacak sih, karena sepertinya udah ada dari sebelum saya lahir. Untuk beberapa brand, camilan model ini menjadi salah satu produk unggulan sepertinya, Chacha, SilverQueen juga punya, dan Delfi. Selain itu biasanya ada produk-produk rumahan atau memang rumah cokelat yang berusaha membuat produk serupa yang lebih segar dan variatif.
Sore ini saya akhirnya mencoba brand cokelat ini. Brand cokelat yang sudah lama nangkring di rak paling atas dari cokelat-cokelat lain yang ada. Biasanya brand cokelat ini menjadi cokelat kelas dua karena kalah penampilan dan kalah tenar ketimbang produk lain seperti Cadbury, SilverQueen, Delfi, Van Houten dan lain-lain.
Namanya adalah L'AGIE. Brand ini adalah salah satu brand cokelat yang sudah cukup lama namun tak banyak sepertinya yang menaruh hati. Untuk yang penasaran coba kita lihat deretan produk L'AGIE yang pasti kita semua pernah makan, entah dikasih atau mungkin kita coba pula sebagai campuran bahan cake atau roti
Banyak produk dari L'AGIE yang tidak familiar penampakannya, sepertinya memang produk tersebut terkenal di daerah-daerah tertentu yang mana mungkin cokelat multi-nasional tidak berkutik di daerah tersebut. L'AGIE sendiri diproduksi oleh PT Fajar Mataram Sedayu sejak 1984. Sebagai brand yang cukup berumur saya belum menemukan salah satu produknya yang menjadi big break mereka sih.... atau memang kebetulan hal itu ga keliatan karena mereka main di ranah lain ? bisa jadi
Hubungan saya dan L'AGIE sebenarnya tidak harmonis karena beberapa kali mencoba produknya dan berakhir kecewa.
Untuk hari ini demi tulisan ini saya akhirnya mencoba produk yang sepertinya dari kemasannya agak menjanjikan. Kemasannya lebih enak dilihat dan dari segi produknya sepertinya lebih aman untuk dikonsumsi.
Sore ini saya akhirnya mencoba brand cokelat ini. Brand cokelat yang sudah lama nangkring di rak paling atas dari cokelat-cokelat lain yang ada. Biasanya brand cokelat ini menjadi cokelat kelas dua karena kalah penampilan dan kalah tenar ketimbang produk lain seperti Cadbury, SilverQueen, Delfi, Van Houten dan lain-lain.
Namanya adalah L'AGIE. Brand ini adalah salah satu brand cokelat yang sudah cukup lama namun tak banyak sepertinya yang menaruh hati. Untuk yang penasaran coba kita lihat deretan produk L'AGIE yang pasti kita semua pernah makan, entah dikasih atau mungkin kita coba pula sebagai campuran bahan cake atau roti
Banyak produk dari L'AGIE yang tidak familiar penampakannya, sepertinya memang produk tersebut terkenal di daerah-daerah tertentu yang mana mungkin cokelat multi-nasional tidak berkutik di daerah tersebut. L'AGIE sendiri diproduksi oleh PT Fajar Mataram Sedayu sejak 1984. Sebagai brand yang cukup berumur saya belum menemukan salah satu produknya yang menjadi big break mereka sih.... atau memang kebetulan hal itu ga keliatan karena mereka main di ranah lain ? bisa jadi
Hubungan saya dan L'AGIE sebenarnya tidak harmonis karena beberapa kali mencoba produknya dan berakhir kecewa.
Untuk hari ini demi tulisan ini saya akhirnya mencoba produk yang sepertinya dari kemasannya agak menjanjikan. Kemasannya lebih enak dilihat dan dari segi produknya sepertinya lebih aman untuk dikonsumsi.
Produk itu adalah L'AGIE Cashew Nut Milk Cokelat, sebuah produk cokelat bites yang dengan isi kacang mete. Tanpa banyak cingcong langsung kita ulas rasanya.
Rasanya Gimana Der?
Enak enak enak
mengejutkan sih hahaha jahat abis.
Iya saya kira mungkin akan mengecewakan seperti saat saya turun mengkonsumsi produk L'AGIE lainnya. Namun ini ternyata lumayan dan kompetitif. Kalau dari rasa mungkin jika dibandingkan dengan milik Delfi masih sedikit dibawahnya, tapi kalau memang untuk yang nggak peka, kalau cokelat ini kita kasih sticker Delfi pasti mah percaya-percaya aja sih ya.
Tapi ada satu yang mungkin diluar ekspektasi yaitu, warna cokelatnya itu. Mungkin disini ya dimana kualitas bicara. Kalau dari kemasan dan contoh gambar rasanya kita akan makan cokelat yang berkilau dan mantap gitu ya, ternyata warna cokelatnya agak terganggu dengan warna seperti retakan-retakan berwarna putih gitu. Saya ndak tahu ya ini apa, ya mungkin memang efek dari guncangan atau gimana ya, nggak tau deh eheh
sekian, silahkan mencoba untuk cemilan lebaran
Selasa, 12 Mei 2020
Refreshing, Mempertanyakan Kembali
Kenapa sih ngereview makanan/minuman kemasan?
Saya masih memiliki paham bahwa, mereview itu menyelamatkan.
Dengan mereview kita telah memberikan bayangan, deskripsi awal... yaa... semacam spoiler atas suatu produk. Ulasan yang kita jabarkan dalam tulisan ini diharapkan bisa memberikan gambaran di depan bagaimana bentuk, rasa atau latar belakang lain atas item tersebut.
Mengapa review itu menyelamatkan, ya dengan review kita orang lain akhirnya bisa menimbang terlebih dahulu, sudah dapat second opinion pada detik sebelum mereka membeli sehingga mereka SEMAKIN YAKIN untuk beli produk tersebut.
Kemudian, kenapa makanan dan minuman kemasan?
Di tulisan sebelumnya sepertinya saya pernah menjelaskan bahwa, minuman dan makanan kemasan lebih punya kejutan ketimbang makanan dan minuman segar jadi. Kejutan yang seperti apa? Ya, karena mereka ada di dalam kemasan, dibuat oleh pabrik, maka rasa yang ada di dalamnya itu kadang tidak umum dan diluar nalar rasa yang ada. Nah, dengan mereview kita bisa menyelamatkan orang-orang agar tidak kecewa dalam pembelian, dan menyelamatkan brand dengan memberikan pengertian kepada audiens untuk bisa membeli produk tersebut dengan notes tertentu
Ya gitu deh, ini juga tulisannya karena udah separo jalan 31 hari menulis dan hari ini belom nemu produk-produk baru di minimarket kesayangan.
ciao
Saya masih memiliki paham bahwa, mereview itu menyelamatkan.
Dengan mereview kita telah memberikan bayangan, deskripsi awal... yaa... semacam spoiler atas suatu produk. Ulasan yang kita jabarkan dalam tulisan ini diharapkan bisa memberikan gambaran di depan bagaimana bentuk, rasa atau latar belakang lain atas item tersebut.
Mengapa review itu menyelamatkan, ya dengan review kita orang lain akhirnya bisa menimbang terlebih dahulu, sudah dapat second opinion pada detik sebelum mereka membeli sehingga mereka SEMAKIN YAKIN untuk beli produk tersebut.
Kemudian, kenapa makanan dan minuman kemasan?
Di tulisan sebelumnya sepertinya saya pernah menjelaskan bahwa, minuman dan makanan kemasan lebih punya kejutan ketimbang makanan dan minuman segar jadi. Kejutan yang seperti apa? Ya, karena mereka ada di dalam kemasan, dibuat oleh pabrik, maka rasa yang ada di dalamnya itu kadang tidak umum dan diluar nalar rasa yang ada. Nah, dengan mereview kita bisa menyelamatkan orang-orang agar tidak kecewa dalam pembelian, dan menyelamatkan brand dengan memberikan pengertian kepada audiens untuk bisa membeli produk tersebut dengan notes tertentu
Ya gitu deh, ini juga tulisannya karena udah separo jalan 31 hari menulis dan hari ini belom nemu produk-produk baru di minimarket kesayangan.
ciao
Senin, 11 Mei 2020
Bukan Gitaris, Morello Coffee Beans
Sebenarnya sudah lama saya menatapnya, tapi baru kali ini saya berani mencobanya. Bungkusnya hitam dan posisinya ada di atas eyelevel saya. Dari bungkusnya sih kayak permen gitu, namun ternyata lebih bisa disebut sebagai : Cokelat paduan hitam manis isi biji kopi. Yak memang cukup panjang tapi bayangin aja semacam M&M, Chacha, atau Smarties yang isinya adalah bukan kacang namun biji kopi.
Morello adalah nama merknya, bukan gitaris referensinya. Produk ini diproduksi oleh PT Inasetra Unisatya, yang bertempat di Bogor. Jika masih ingat, PT IU inilah yang memproduksi permen dingin-dingin empuk, Pindy Mint. Saat ini selain Morello, mereka juga turut memproduksi minuman Sunkist, dan makanan yang mirip sereal, Oats.
Entah gimana kalau ngeliat list produk yang diproduski PT IU ini rasanya unyu-unyu warna-warni. Mungkin ini udah jadi ideologi perusahannya ya. Liat aja logonya.
Rasanya Gimana Der?
Kita langsung ke rasanya aja ya.
Kayaknya ini cocok buat yang mau begadang tapi males ngopi, jadinya ya bisa ngemil sambil MAKAN KOPI. UDAH GA JAMAN DISRUPUT.
Sebenarnya Morello ada saingannya, yaitu Koppa, konsepnya sama namun ukurannya agak berbeda. Morello punya cokelat yang lebih besar dan tebal ketimbang Koppa.
Sekarang beneran nggak ngantuk nih gegara Morello. Sampe jam berapa ya begini.
Entah gimana kalau ngeliat list produk yang diproduski PT IU ini rasanya unyu-unyu warna-warni. Mungkin ini udah jadi ideologi perusahannya ya. Liat aja logonya.
gemes |
Kita langsung ke rasanya aja ya.
Kayaknya ini cocok buat yang mau begadang tapi males ngopi, jadinya ya bisa ngemil sambil MAKAN KOPI. UDAH GA JAMAN DISRUPUT.
Sebenarnya Morello ada saingannya, yaitu Koppa, konsepnya sama namun ukurannya agak berbeda. Morello punya cokelat yang lebih besar dan tebal ketimbang Koppa.
Sekarang beneran nggak ngantuk nih gegara Morello. Sampe jam berapa ya begini.
Minggu, 10 Mei 2020
Tujuh Kurma, Satu Lagi Dari Mayora
Sulit untuk dapatkan makanan atau minuman kemasan terbaru akhir-akhir ini. Kebanyakan memilih untuk fokus memenuhi kebutuhan lebaran, yaitu kueh kueh biskuit kalengan. Minimarket deket rumah kita sekarang penuh banget kaleng-kaleng ini, sampe susah kalo mau jalan kudu nyamping-nyamping takut nyenggol.
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan hadits dari Shahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau pernah bersabda.
“Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir”
Akan tetapi berkat jalan-jalan keliling di Tangsel dan sekitarnya maka entah gimana kok ketemu aja satu produk ini, satu lagi dari Mayora, Susu Steril Tujuh Kurma. Produk kekurmaan dalam menyambut bulan Ramadan dan Lebaran.
Eh tapi tapi tapi sepertinya produk ini rilis tidak serta merta karena hari raya saja. Kini disekitar kita baik di Instagram, Facebook, tak sedikit banyak orang yang jual Susu Kurma. Susu Kurma konon baik untuk ASI booster dan kesehatan Buibu hamil. Dengan dasar ini maka Tujuh Kurma ini akan bertahan meski hari raya telah lewat nanti begitu.
Kalau dari segi nama mungkin terkait dengan kutipan di bawah ini
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan hadits dari Shahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau pernah bersabda.
Ù…َÙ†ْ تَصَبَّØَ بِسَبْعِ تَÙ…َرَاتٍ عَجْÙˆَØ©ً، Ù„َÙ…ْ ÙŠَضُرَّÙ‡ُ Ø°َÙ„ِÙƒَ الْÙŠَÙˆْÙ…َ سُÙ…ٌّ Ùˆَلاَ سِØْرٌ
Referensi: https://almanhaj.or.id/2229-makan-tujuh-butir-kurma-ajwah-dapat-menangkal-racun-dan-sihir.html
begitar gengs
Rasanya Gimana Der?
Enak dan rasa kurmanya cukup memanjakan, paduan susu dan kurmanya menjadi kesatuan rasa baru. Namun ada satu hal yang bagi saya pribadi agak mengganggu yaitu rasa manisnya yang agak menutupi rasa kurmanya, padahal mungkin kalau diturunkan sedikit kadar gulanya mungkin lebih bisa dinikmati.
Ini juga notes buat yang akan mencoba beli produk ini, karena dari 200ml susu ini ada 21 gram gula, maka bijaklah dalam mengkonsumsi
Harganya cukup bersaing dengan Bear Brand yang tentunya jadi salah satu saingannya di ranah susu steril. Satu kaleng 200ml Tujuh Kurma seharga 8200.
Silahkan Mencoba!
Sabtu, 09 Mei 2020
Lama Tapi Baru : Superstar Snaps Triple Chocolate
Dari semua yang ada di masa kecil kita... ya yang seumuran sama saya lah ya... Superstar menjadi salah satu yang tersisa. Mungkin timbul kebingungan yang mendalam, apakah Superstar ini sama dengan wafer Superman. Sejauh ini yang bisa dipelajari jika ditarik jauh ke belakang, mereka sesungguhnya berbeda.
Wafer Superman diproduksi oleh Siantar Top, sebuah pemilihan nama yang cukup kontroversial dan unik, karena Siantar Top menang gugatan atas DC dalam pemakaian nama Superman di Indonesia karena dalam pemakaian hak cipta nama tersebut, Siantar Top telah duluan taken nama Superman sejak 1993/1994 dan terus diperpanjang hingga kini.
Wafer Superstar sendiri diproduksi oleh Mayora. Dalam awal produksinya, Superstar turut menampilkan sebuah tokoh lelaki berjubah merah dengan kostum biru mirip Superman, sehingga membuat ingatan kita semua kabur tentang yang manakah sebenarnya wafer Superman karena antara yang dibuat oleh Mayora dan Siantar Top memakai visual yang sama dan memiliki asosiasi yang sama-sama kuat
Apalagi bangkenya Mayora, dengan sub-brand Roma pernah mengeluarkan wafer dengan merk
Super....Man, betapa kampretnya upaya ini.
Wafer Superstar sendiri kini lebih sering terlihat, dengan bungkus oranyenya yang ngejreng plus ukurannya kini panjang. Namun dalam upayanya bersaing saat ini mereka mengeluarkan satu produk dengan ukuran yang bantet dan tebal, yaitu Superstar Snaps.
Tanpa ada gambar Superman dan mempertahankan ngejrengnya, Superstar Snaps datang menawarkan wafer yang berisi 5 buah dengan cokelat yang tebal.
Wafer Superman diproduksi oleh Siantar Top, sebuah pemilihan nama yang cukup kontroversial dan unik, karena Siantar Top menang gugatan atas DC dalam pemakaian nama Superman di Indonesia karena dalam pemakaian hak cipta nama tersebut, Siantar Top telah duluan taken nama Superman sejak 1993/1994 dan terus diperpanjang hingga kini.
Wafer Superstar sendiri diproduksi oleh Mayora. Dalam awal produksinya, Superstar turut menampilkan sebuah tokoh lelaki berjubah merah dengan kostum biru mirip Superman, sehingga membuat ingatan kita semua kabur tentang yang manakah sebenarnya wafer Superman karena antara yang dibuat oleh Mayora dan Siantar Top memakai visual yang sama dan memiliki asosiasi yang sama-sama kuat
Apalagi bangkenya Mayora, dengan sub-brand Roma pernah mengeluarkan wafer dengan merk
Super....Man, betapa kampretnya upaya ini.
Wafer Superstar sendiri kini lebih sering terlihat, dengan bungkus oranyenya yang ngejreng plus ukurannya kini panjang. Namun dalam upayanya bersaing saat ini mereka mengeluarkan satu produk dengan ukuran yang bantet dan tebal, yaitu Superstar Snaps.
Tanpa ada gambar Superman dan mempertahankan ngejrengnya, Superstar Snaps datang menawarkan wafer yang berisi 5 buah dengan cokelat yang tebal.
Rasanya Gimana Der?
Wafer ini enak dan solid, seperti yang diperlihatkan di gambar, jadi kita disuguhi lima potongan wafer yang nempel satu sama lain, dan ada lapisan cokelat yang tebal. Rasanya tiap gigitan itu tidak kopong seperti yang kita alami kalau makan wafer Nissin (bukan perbandingan, karena memang mereka beda genre)
Dari upayanya ini sepertinya memang Snaps diperuntukan untuk anak-anak, tapi jika sedang bingung mau ngemil apa, tidak akan ada penyesalan lah untuk jajal ini
Jumat, 08 Mei 2020
Nyam-Nyam Popstix, Inovasi yang Mayan
Makanan manis-manis yang menawarkan sebuah pengalaman kognitif, ya salah satunya Nyam-nyam. Memanfaatkan kebiasaan anak-anak TK/Sd awal-awal yang suka banget main bentuk, eksperimen sendiri, comot-comot, colek-colek, dari situlah Nyam-Nyam menjadi salah satu yang terus berjaya hingga kini, meskipun kalau diperhatikan tempat Nyam-Nyam di rak camilan tidak eyelevel. Letaknya jauh di bawah, paling bawah bersama Inaco dan Permen Yupi.
Oh, wait
Ya bukan di eyelevel kita ya, ya eyelevel bocah-bocah itu, jadi dengan warna lucu dan macan caemnya itu bisa memikat adek-adek yang suka manis-manis.
Dengan bertumbuhnya zaman, Nyam-Nyam ternyata tidak tinggal diam. Ada beberapa upaya yang mereka coba lakukan terutama dari segi kemasan yang selalu menarik. Memasuki 2020 Arnotts akhirnya melakukan investasi yang besar kepada Nyam-Nyam dengan merilis produk varian yang berbeda dari biasanya, yakni Nyam-Nyam Popstix, wafer stick dengan krim cokelat
Oh, wait
Ya bukan di eyelevel kita ya, ya eyelevel bocah-bocah itu, jadi dengan warna lucu dan macan caemnya itu bisa memikat adek-adek yang suka manis-manis.
Dengan bertumbuhnya zaman, Nyam-Nyam ternyata tidak tinggal diam. Ada beberapa upaya yang mereka coba lakukan terutama dari segi kemasan yang selalu menarik. Memasuki 2020 Arnotts akhirnya melakukan investasi yang besar kepada Nyam-Nyam dengan merilis produk varian yang berbeda dari biasanya, yakni Nyam-Nyam Popstix, wafer stick dengan krim cokelat
Lihat sendiri ya pada gambar, betapa menariknya kemasan Popstix ini, daaan.. dilengkapi juga dengan sebuah propaganda bagaimana nanti Popstix ini dipakai oleh adek-adek kita ini. Sebuah komunikasi yang mungkin sulit terpikir orang-orang dewasa yang jarang ngulik kebiasaan anak-anak dan bagaimana sih mempengaruhi mereka.
btw, sebenernya ada yang zonk (bagi saya sendiri) mengenai produk ini.
Karena Nyam-Nyam ini di rak minimarket bersanding dengan produk lain seperti Pocky, maka bayangan saya kayaknya isinya bakalan mirip-mirip.... yang ternyata isinya beneran kayak sedotan, persis yang diliatin sama di gambarnya itu
Rasanya Gimana Der?
Karena ini seyogyanya untuk anak kecil, yang kurang nendang aja buat anak gede. Wafer sticknya ini nggak terlalu manis, berarti emang tujuannya membangun kebiasaan anak-anak untuk bisa minum susu tiap pagi atau malam dengan Popstix sebagai sedotannya, jadi setiap disruput ada cokelatnya, serta ada pengalaman seru dalam minum susu.
Kamis, 07 Mei 2020
Kudapan Eksperimen, Nabati Drillo Peanut Butter Jelly
Harus diakui, Nabati adalah salah satu produsen paling sukses di 15 tahun terakhir. Memulai dengan Richeese Nabati, salah satu wafer favorit pada masanya, hingga timbul kelangkaan di kantin-kantin SMA Ibukota, kemudian setelah itu bermunculan kudapan lainnya yang tidak pernah meleset rasanya, selalu tepat guna.
Cukup mengagetkan ketika Richeese memiliki anak usaha PT Richeese Kuliner yang membawahi gerai makan ayam bersaus pedas plus keju. Sebuah gerai yang antriannya sempat memanjang,membanjiri trotoar beberapa daerah di DIY dan Jateng.
Dari semua yang telah dilakukan bukan berlebihan jika Nabati menjadi salah satu yang terbaik milik dalam negeri dan mampu menyaingi brand besar lain yang sudah bercokol di Indonesia sejak 90an.
Dari semua produknya yang ada di pasaran, ada satu produk yang sepertinya kurang digemari konsumer. Mengapa saya berpendapat begitu? Karena ketika saya rogoh bungkusnya di Indomaret dekat rumah saya, ternyata bungkusnya berdebu, sepertinya sudah cukup lama mereka rebahan di rak terbawah, tak terlihat tak ada perhatian dari orang-orang sekitar
Namun sepertinya wajar itu terjadi, kenapa? Karena kemasannya cukup beda dari bungkus snack yang biasanya. Berbeda dari segi desain dan warnanya. Entah, sepertinya produsennya kurang niat dalam meluncurkan snack ini.
Coba lihat produknya yang satu ini, Nabati Drillo : Peanut Butter Jelly
Cukup mengagetkan ketika Richeese memiliki anak usaha PT Richeese Kuliner yang membawahi gerai makan ayam bersaus pedas plus keju. Sebuah gerai yang antriannya sempat memanjang,membanjiri trotoar beberapa daerah di DIY dan Jateng.
Dari semua yang telah dilakukan bukan berlebihan jika Nabati menjadi salah satu yang terbaik milik dalam negeri dan mampu menyaingi brand besar lain yang sudah bercokol di Indonesia sejak 90an.
Dari semua produknya yang ada di pasaran, ada satu produk yang sepertinya kurang digemari konsumer. Mengapa saya berpendapat begitu? Karena ketika saya rogoh bungkusnya di Indomaret dekat rumah saya, ternyata bungkusnya berdebu, sepertinya sudah cukup lama mereka rebahan di rak terbawah, tak terlihat tak ada perhatian dari orang-orang sekitar
Namun sepertinya wajar itu terjadi, kenapa? Karena kemasannya cukup beda dari bungkus snack yang biasanya. Berbeda dari segi desain dan warnanya. Entah, sepertinya produsennya kurang niat dalam meluncurkan snack ini.
Coba lihat produknya yang satu ini, Nabati Drillo : Peanut Butter Jelly
tentu sebuah sesuatu yang kurang normal. Pertama dari warna bungkusnya, mereka menyajikan warna hitam, warna tulusan ungu/pink (maaf saya buta warna hehe) dan ada warna kuning gradasi yang terang. Kedua, mereka menjual sebuah batangan cokelat yang isinya peanut butter JELLY. Ok, rasa-rasanya, saya ketika makan donat berisi jelly itu sudah absurd, dan kini Drillo menawarkan kita selai-kacang-jelly. Sebuah GEBRAKAN dalam aspek rasa-rasa.
Terakhir.. dan ternyata ketika saya lihat positioning yang mereka bawa adalah, Drillo ini sebagai energy bar, cokelat batangan yang kiranya bisa sebagai energy booster seperti yang dimiliki Milo atau Koko Crunch
Tiga hal tersebut sudah melengkapi betapa absurdnya Drillo dan mungkin itu jadi penyebab mengapa Drillo kurang digemari.
Rasanya Gimana Der?
Secara mengejutkan Drillo ini enak. Emang unik dari segi rasa, karena disaat yang sama kita akan menyantap manusnya cokelat, gurihnya selai kacang dan asemnya selai strawberry. Ini cocok untuk naikin mood pagi-pagi kalau memang lagi cari manis-manis biar agak melek, karena selayaknya Nano-Nano ada manis-asem-asin di dalam satu batang Drillo ini. Disamping itu ternyata mereka menawarkan beberapa list vitamin, khususnya rangkaian vitamin B.
Saya lupa harganya, tapi masih terjangkau pastinya, mari cobalah keunikan cemilan yang satu ini, apa kiranya impresi kalian di dalam satu gigitnya
Rabu, 06 Mei 2020
Snickers Oats : Wes, rasah aneh-aneh
Dari beberapa snack bar yang bejejer di daerah kasir, Snickers adalah yang paling anteng. Duduk tenang disana, gak ada pergerakan yang aneh-aneh. Paling mentok mereka main variasi ukuran, dari ukuran yang XL yang paling mahal hingga yang kecil banget seharaga 2500an. Hingga suatu hari yang hening, Snickers mengeluarkan seri "Snickers Oats". Snickers yang biasa mengandung cokelat tebal, karamel, nougat, kacang sangrai dan selai kacang, kini mereka iseng menyisipkan Oats di dalam sebuah formula sempurna ini.
Dari propaganda, iklan dan konsep produknya, Snickers memang diperuntukan sebagai pengganjal perut ketika lapar. Mungkin semacam snack siang pukul 11 gitu atau snack sore ba'da ashar. Jadi laper-lapernya di jam-jam tersebut bisa diatasi dengan mengunyah Snickers yang padat dan ringkas.
Dengan konsep tersebut, Snickers sepertinya menemukan adanya kebiasaan makan Oat yang meningkat beriringan dengan tingginya persebaran gaya hidup sehat menghindari nasi, atau semacamnya sehingga
"hmmm sepertnya Oats sedang digandrungi, kita ikutan aja"
Rasanya Gimana Der?
Weslah, Snickers gausah lah aneh-aneh, semua yang selama ini udah paling bagus. Gausah ikutan tren gitu-gituan. Snickers Oats ini kayak sia-sia keberadaanya. Serpihan di dalam lapisan-lapisan itu artifisial sekali. Cuma geli-geli di gigi. Udahlah, jadilah seperti Davos, menahun tak pernah berganti, dan jadi idola nini-nini
Selasa, 05 Mei 2020
Sambal Bawang Mcd
Jarang-jarangnya saya tu untuk review makanan non-kemasan. Mengapa?
Makanan-segar-habis-dimasak itu rasa-rasanya kurang ada kejutan, karena biasanya pasti enak, seperti nasi, ayam, ikan, daging sapi, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Makanan kemasan lebih asik untuk direview karena lebih banyak kejutannya.
Oke kembali ke Mcd Indonesia, sebagai makanan cepat saji yang besar, sebenarnya cukup jarang mengeluarkan menu yang cukup eskrim. Namun sekitar 10 tahun belakangan ada perubahan yang cukup dramatis, Mcd mulai berani memasukkan unsur lokal ke dalam menunya dari berbagai sambel-sambelan, minuman buah, hingga nasi uduk. Sesuatu yang tak lazim di dekade sebelumnya, namun ini benar-benar terjadi sekarang
Beberapa saat lalu, Mcd mengeluarkan menu sambal bawang. Setelah (menurut saya) sukses dengan sambal matahnya, ini sambal berikutnya yang dikeluarkan oleh Mcd di jajaran menu spesial mereka.
Rasanya Gimana Der?
Rasanya cukup enak sebagai sambal, terlebih lagi memang menu ayam goreng Mcd udah enak, ditemani telur dan nasi yang empuk Mcd, tambah lahaplah kita menyantap
Teh Buah Tin sebagai minuman spesialnya pun setia menemani, melengkapi. Menu ini cukup mantap untuk berbuka puasa.
Silahkan Mencoba !
Makanan-segar-habis-dimasak itu rasa-rasanya kurang ada kejutan, karena biasanya pasti enak, seperti nasi, ayam, ikan, daging sapi, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Makanan kemasan lebih asik untuk direview karena lebih banyak kejutannya.
Oke kembali ke Mcd Indonesia, sebagai makanan cepat saji yang besar, sebenarnya cukup jarang mengeluarkan menu yang cukup eskrim. Namun sekitar 10 tahun belakangan ada perubahan yang cukup dramatis, Mcd mulai berani memasukkan unsur lokal ke dalam menunya dari berbagai sambel-sambelan, minuman buah, hingga nasi uduk. Sesuatu yang tak lazim di dekade sebelumnya, namun ini benar-benar terjadi sekarang
Beberapa saat lalu, Mcd mengeluarkan menu sambal bawang. Setelah (menurut saya) sukses dengan sambal matahnya, ini sambal berikutnya yang dikeluarkan oleh Mcd di jajaran menu spesial mereka.
Rasanya Gimana Der?
Rasanya cukup enak sebagai sambal, terlebih lagi memang menu ayam goreng Mcd udah enak, ditemani telur dan nasi yang empuk Mcd, tambah lahaplah kita menyantap
Teh Buah Tin sebagai minuman spesialnya pun setia menemani, melengkapi. Menu ini cukup mantap untuk berbuka puasa.
Silahkan Mencoba !
Senin, 04 Mei 2020
Mewakili Kalian Menyantap Cornetto : Hojicha
Oke singkat saja kali ini
Variasi rasa sepertinya menjadi strategi Walls dalam mengarungi derasnya ombak persaingan eskrim bersama Campina, Diamond, Aice, Glico, Nestle dan seterusnya
Dalam waktu singkat ada diferensiasi rasa yang cukup masif. Dari kurma, alpukat, strawberry cheese cake, banana, oreo, kemudian memasuki rasa buah-buahan tropis hingga entah bagaimana orang-orang Walls terpikirkan...
"eh buat eskrim rasa Hojicha yuk !"
"waw ide yang menarik"
"waw rasa yang SANGAT FAMILIAR ya"
dan TARAAA lahirlah Cornetto Hojicha dengan warna kemasan hitam-hitam namun kehijauan. hmmmmm Hojicha, ini namanya agak ke-Jepang-Jepangan tapi ga paham ini itu apa. Maka kita akseslah internet itu agar bisa paham apa sih ini. Ternyata oh ternyata, ini adalah semacam teh-teh-an atau menurut websitenya "teh hijau sangrai".
seumur-umur saya ndak pernah nyobain teh hijau sangrai... DAN DICAMPUR COKLAT
jadi...
Gimana Rasanya Der?
Saya mencoba open minded dengan hal-hal baru. Semakin dilahap namun semakin tanpa arah eskrim ini mau kemana. Tak pernah rasanya saya menyantap TEH HIJAU SANGRAI dan ada cokelatnya. Rasanya ada pahitnya, ada rasa tehnya dan ada rasa cokelatnya. Cukup random dan.... yaudahlahya dimakan aja yang penting dingin dan ada rasa manisnya. Tapi ini bukannya gak enak ya, tapi emang sulit aja dicerna oleh pikiran rasanya
Demikian perwakilan saya atas anda-anda untuk makan Walls Cornetto Hojicha.
Variasi rasa sepertinya menjadi strategi Walls dalam mengarungi derasnya ombak persaingan eskrim bersama Campina, Diamond, Aice, Glico, Nestle dan seterusnya
Dalam waktu singkat ada diferensiasi rasa yang cukup masif. Dari kurma, alpukat, strawberry cheese cake, banana, oreo, kemudian memasuki rasa buah-buahan tropis hingga entah bagaimana orang-orang Walls terpikirkan...
"eh buat eskrim rasa Hojicha yuk !"
"waw ide yang menarik"
"waw rasa yang SANGAT FAMILIAR ya"
dan TARAAA lahirlah Cornetto Hojicha dengan warna kemasan hitam-hitam namun kehijauan. hmmmmm Hojicha, ini namanya agak ke-Jepang-Jepangan tapi ga paham ini itu apa. Maka kita akseslah internet itu agar bisa paham apa sih ini. Ternyata oh ternyata, ini adalah semacam teh-teh-an atau menurut websitenya "teh hijau sangrai".
jadi...
Gimana Rasanya Der?
Saya mencoba open minded dengan hal-hal baru. Semakin dilahap namun semakin tanpa arah eskrim ini mau kemana. Tak pernah rasanya saya menyantap TEH HIJAU SANGRAI dan ada cokelatnya. Rasanya ada pahitnya, ada rasa tehnya dan ada rasa cokelatnya. Cukup random dan.... yaudahlahya dimakan aja yang penting dingin dan ada rasa manisnya. Tapi ini bukannya gak enak ya, tapi emang sulit aja dicerna oleh pikiran rasanya
Demikian perwakilan saya atas anda-anda untuk makan Walls Cornetto Hojicha.
Minggu, 03 Mei 2020
5 Days Croissant : Creamy Chocholate
Rak roti di minimarket kini semakin ketat persaingannya. Meskipun Sari Roti terlihat mendominasi, tapi disisi lain ada perlawanan yang sengit dihantarkan oleh merk lain seperti Sharon, Paroti, Mr Bread, Myroti, Garmelia dan seterusnya berdasarkan toko yang dilihat, karena beda nama toko beda pula persaingan yang kita lihat.
Selain dari segi merk, varian yang ditawarkan juga bermacam rasa, bentuk, warna dan tentu harga. Ditengah persaingan ini entah darimana muncul satu merk yang datang dalam bentuk, croissant. Nama yang tertera adalah, 5 Days, konon kata netizen ini terinspirasi dari produk US, 7 Days. Apakah ada hubungannya? Masih diragukan, dan sepertinya sih tidak.
5 Days diproduksi oleh PT Top Boga, yang mana berita terakhir yang tersedia diinternet bahwa saham mereka diakuisisi oleh PT Nippon Indosari, produsen Sari Roti. Ya kemungkinan besar mereka kakak adik di dalam rak per-rotian ini.
5 Days hadir dalam dua rasa, ada Mixed Berry dan Creamy Chocolate, rasa yang cukup aman dalam memasuki perhelatan roti kemasan di minimarket atau supermarket.
Rasanya Gimana Der?
Sayangnya waktu saya makan, roti tersebut tidak dalam keadaan hangat seperti saran penyajian. Meski begitu rasanya enak... dan pastinya jika dihangatkan sedikit akan lebih terasa lumer cokelatnya dan renyah kulit rotinya. Dengan harga sekitar 7500, 5 Days cukup direkomendasikan sebagai temen ngupi dan ngeteh pagi-pagi di kantor
Sabtu, 02 Mei 2020
Gold Ribbon Cashew Nut > Magnum
Persaingan dua kulkas besar di minimarket sekitar kita, selalu melibatkan dua brand ini Walls dan Campina. Keduanya menawarkan hal yang berbeda meskipun secara produk kadang menawarkan bentuk ukuran rasa dan konsep yang serupa. Dari persaingan ini masing-masing memiliki keunggulan yang berbeda dari satu produk ke produk lainnya, baik dari produk cup, cone, stick ice cream hingga ice cream dengan derajat paling tinggi.
Walls jaya dengan Magnum. Ada suatu masa Magnum terlalu laku dipasaran hingga langka barangnya. Konon kelangkaan ini diluar prediksi dari Walls itu sendiri dan mereka dalam kepanikan untuk memenuhi demand di pasar. Hal ini pun diluar ekspektasi dari agensi yang menggarap TVC Magnum yang ternyata sakses menggugah selera dengan bunyi kriuk di lapisan cokelatnya
Campina berusaha menciptakan hal yang serupa, maka mereka turut merilis Bazooka di masa lampau. Perkembangannya sepertinya kurang baik karena pun mereka tidak didukung komersialisasi yang masif di media massa.
Beberapa tahun menjelang, Campina kembali datang dengan beberapa produk eskrim yang kurang biasa adanya, seperti eskrim dengan bahan susu kedelai, luve, untuk orang-orang yang tidak bisa mengkonsumsi dairy ice cream. Selang beberapa tahun kemudian hadir ice cream dengan case kardus karton. Sesuatu yang kurang lazim di kulkas Campina.
Produk itu ialah Gold Ribbon Cashew, sebuah produk yang dari kemasan kerdusnya itu punya nilai lebih ketimbang yang lain. Dari harga dan bentuk tentu ini head-to-head dengan Magnum, namun sejauh mana mereka melangkah dari segi rasa dengan Gold Ribbon ini?
Rasanya Gimana Der?
Dari gigitan demi gigitan, terbayang pertanyaan dimana sih mereka mau memposisikan diri dengan rasa yang ada ini. Jika kita membahas rasa cokelat dalam suatu makanan di segala jenis baik eskrim, minuman, dan snack... ada permainan kadar sodium di dalamnya. Kadar ini yang membuat rasa cokelat itu ketimbang pahit, lebih ke asin-manis. Rasa asin ini sendiri tidak terlalu mencuat karena cukup imbang dengan manisnya.
Gold Ribbon Cashew memang tidak sewangi Magnum, ada kesan Magnum itu lebih cokelat dari yang lain, namun sebenarnya Gold Ribbon ini lah yang lebih imbang rasa cokelatnya. Setelah mengkonsumsi Gold Ribbon tidak ada rasa haus yang berlebih. Hal ini memang sepertinya sodium yang ditawarkan lebih sedikit ketimbang Magnum. Terlebih lagi cokelat dengan rasa yang baik ini ternyata gathuk dengan krim di dalamnya, hal ini membuat Gold Ribbon terasa leeejat.
Penjabaran yang detail bukan? Ya begitulah dunia persilatan. Memang cukup gaib dalam perumusan rasa perisa untuk memenangkan lidah konsumen.
Ini pendapat peribadih saya, silahkan coba sendiri dengan harga kira-kira 13.000 untuk dapat mencoba sang Gold Ribbon batangan ini
Jumat, 01 Mei 2020
Snack Bar JELEGER : Delfi Black Thunder
Ada dua pilihan besar dalam menentukan pilihan kudapan batangan, Top atau Bengbeng. Paling tidak itu yang terjadi 20 tahun silam. Berjalannya waktu muncul-tenggelam saingan-saingan lainnya dalam bentuk yang berbeda seperti semprong, wafer, waffle, atau saingan dari Malaysia dengan Apollo-nya yang komplit dalam berbagai varian.
Tanpa publikasi hanya visibility, Black Thunder tiba-tiba teronggok di etalase minimarket dekat rumah. Ia hadir dalam dua bentuk, untuk produk Netto 21g ukurannya kecil namun tebal, kemudian satu ukuran lainnya yang ((lebih luas)) ukurannya dengan berat bersih 36g dan keluar dengan nama Big Thunder.
Di etalase toko Black Thunder mau nggak mau bersaing dengan legenda-legenda cokelat bar kesayangan masyarakat untuk lebih dari dua dekade terakhir seperti, Sang legenda Top dan BengBeng yang tak luput dimakan zaman (meski ukurannya mengecil dan harganya bebesar, kemudian ada Snickers pendatang yang lumayan sakses dan ada pula snack bar yang untuk diet serta kesehatan seperti Fitbar dan Soyjoy yang juga mengeluarkan rasa coklat.
Di etalase toko Black Thunder mau nggak mau bersaing dengan legenda-legenda cokelat bar kesayangan masyarakat untuk lebih dari dua dekade terakhir seperti, Sang legenda Top dan BengBeng yang tak luput dimakan zaman (meski ukurannya mengecil dan harganya bebesar, kemudian ada Snickers pendatang yang lumayan sakses dan ada pula snack bar yang untuk diet serta kesehatan seperti Fitbar dan Soyjoy yang juga mengeluarkan rasa coklat.
Dari semua genre snackbar yang ada, Black Thunder ini agak abu-abu. Mengusung nama deskriptif biskuit cokelat sebenarnya ia semacam gabungan dari Kit-kat dan Tim-tam. Ukurannya kecil namun impactnya cukup besar.
Awal bagaimana Big Thunder ini terkenal di Jepang adalah ketika perusahaannya mensponsori tim senam Jepang saat Olimpiade 2008 di Beijing dan mendapatkan medali perak.
semenjak itu Black Thunder menjadi primadona. Konon dalam satu tahun terjual 100 juta batang. Hal ini menandakan betapa warga Nippon cukup menggandrungi Black Thunder dalam keseharian mereka.
Di Indonesia kita baru akan menemukan satu varian dari Black Thunder ini, karena di Jepang ada varian lain yang juga digemari akamsi.
Rasanya Gimana Der?
Kurang rasanya makan satu, dengan harga eceran kira-kira 2250 rupiah perbatangnya, rasanya harus beli dua atau tiga batang. Dengan balutan cokelat manis yang... saaaangat manis memang Black Thunder cocok untuk sebagai THUNDER atau JLEGEEERRRR hentakan glukosa ketika kita sedang membutuhkan sugar-booster. berikut kandungan gizi yang terdapat dalam satu bar :
Satu (1) bar | 6,5 x 3 x 1 cm |
---|---|
Energi | 115 kkal |
Protein | 1.3 g |
Lemak | 5,9 g |
Karbohidrat | 14.1 g |
Sodium | 71 mg |
Dari detail ini semakin erat bahwa memang dalam bar kecil Black Thunder ada suatu efek yang begitu besar yang bikin kita melek dan butuh energi lebih dalam waktu yang singkat.
Langganan:
Postingan (Atom)